Cari Blog Ini

Kamis, 05 Januari 2012

kanker paru

ASUHAN KEPERAWATAN pada PASIEN
dengan Gangguan KANKER  PARU




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL     i
KATA PENGANTAR     ii
DAFTAR ISI         iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang     1
1.2.     Rumusan Masalah     1
1.3.     Tujuan Penulisan     2
1.4.     Metode Penulisan     2
1.5.     Sistematika Penulisan     2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.    Definisi Kanker Paru     3
2.2.    Etiologi Kanker  Paru     3
2.3.    Patofisiologi Kanker Paru     5
2.4.    Klasifikasi Kanker Paru     5
2.5.    Manifestasi Klinis Kanker Paru     7
2.6.    Penatalaksanaan Kanker Paru     7
2.7.    Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru     9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan     18
3.2. Saran     18
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan.America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.
Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker Paru. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitative.

1.2.     Rumusan Masalah
1.2.1.    Apa Definisi  Kanker Paru ?
1.2.2.    Apa Etiologi dari Kanker Paru ?
1.2.3.    Apa Patofisiologi Kanker Paru ?
1.2.4.    Apa Saja klasifikasi Kanker Paru ?

1.2.5.    Apa manifestasi klinis dari Kanker Paru ?
1.2.6.    Bagaimana penatalaksanaan Kanker Paru ?
1.2.7.    Bagaimana Asuhan Keperawatan  pada pasien Kanker Paru ?

1.3.     Tujuan Penulisan
1.3.1.    Untuk mengetahui definisi kanker paru
1.3.2.    Untuk mengetahui etiologi kanker paru
1.3.3.    Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru
1.3.4.    Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru
1.3.5.    Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker paru
1.3.6.    Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker paru
1.3.7.    Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien kanker paru

1.4.     Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi dan internet.

1.5.     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Pembahasan. BAB III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.     Definisi Kanker Paru
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
2.2.     Etiologi Kanker Paru
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1.    Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama.Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2.    Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3.    Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4.    Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5.    Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
6.   Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.


2.3.     Patofisiologi Kanker  Paru





















2.4.    Klasifikasi Kanker Paru
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a.    Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b.    Karsinoma sel kecil.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c.    Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d.    Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam.Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
e.    Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f.    Lain – lain.
1)    Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2)    Tumor kelenjar bronchial.
3)    Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4)    Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5)    Sarkoma
6)    Tak terklasifikasi.
7)    Mesotelioma.
8)    Melanoma.

2.5.    Manifestasi Klinis Kanker Paru
1.    Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksibronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

2.6.    Penatalaksanaan Kanker Paru
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.    Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.    Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.    Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d.    Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.


1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a)    Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b)    Pneumonektomi pengangkatan paru).Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c)    Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d)    Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e)    Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f)    Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

2.     Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3.    Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
.

2.7.    Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru
1.    Pengkajian.
I.    Identitas pasien meliputi:
Nama
Alamat
Jenis kelamin
Pekerjaan
Umur
Agama
Status perkawinan
II.    Riwayat kesehatan sekarang :
Apa yang diderita pasien misalnya nyeri pada dada , dan sesak nafas.
III.    Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah dahulu pasien mempunyai penyakit paru obstruksi menahun
IV.    Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru
V.    ADL (activity dialy lifing )
1)    Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan (biasanya tahap lanjut).
2)    Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.Jari tabuh.
3)    Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4)    Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5)    Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6)    Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.
7)    Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8)    Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9)    Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10)    Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.
2.    Pemeriksaan Diagnostik
a)    Radiologi.
1.    Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2.    Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b). Laboratorium.
1.    Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2.    Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3.    Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
c). Histopatologi.
1.    Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2.    Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3.    Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4.    Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5.    Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d). Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.



3. Analisa Data
No     Data    Etiologi    Masalah
1    DS : pasien mengatakan pusing lemah, lelah
DO : AGD Tidak normal (PO2 : < 80-95 mmHg
PCO2 : > 35-45 mmHg
HCOO-3 : <21-26 mmHg
PH : <7,35- 7,45 SO2 : <90-100  mmHg)    Polusi udara

Invasi paru

bronkopasme

Hipoventilasi
    Gangguan pertukaran gas
2    DS : pasien mengatakan sesak nafas
DO : RR meningkat .>20x/ menit
Terjadi sianosis     Merokok

invasi paru

inflamasi paru

produksi mucus berlebih
    Jalan nafas tidak efektif

3    DS: Pasien mengatakan sakit pada dadanya
DO : raut muka meringis
Kesakitan sekala nyeri 6    Merokok

invasi paru


Inflamasi paru

    Nyeri
4    DS : Pasien mengatakan  males makan
DO : BB pasien turun    Merokok

Invasi paru

Batuk

aspirasi

Anoreksia    Nutrisi kurang dari kebutuhan



4.    Diagnose keperawatan
1)    Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Hipoventilasi.
2)    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi mucus
3)    Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi paru
4)    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

5.    Rencana keperawatan 

NO    NO .DX    Tujuan dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pertukaran gas paten dan adekuat  dengan  KH:
-Tidak ada nafas tambahan
-Tidak ada dyspneu
-Tidak ada gejala distress pernafasan
-AGD normal (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)

    1.    Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
2.    Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.










3.    Kaji adanmya sianosis






4.    Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi.
5.    Awasi atau gambarkan seri AGD.
    1.    Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.

2.    Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
3.    Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
4.    Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
5.    Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2    2    Tujuan: setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkanJalan nafas normal dengan KH :
-Tidak ada Dsypneu
-Tidak ada sianosis
-RR normal (12-20 x /menit)
-Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
    1.    Catat perubahan upaya dan pola bernafas.



2.    Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.



3.    Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.



4.    Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.

5.    Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia..

    1.    Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
2.    Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
3.    Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau pulen.
4.    Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
5.    Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
3    3    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri teratasi  dan terkontrol dengan KH :
-Skala nyeri normal 0-3
-Dapat mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi dan distraksi nyeri     1.    Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi.
2.    Berikan tindakankenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
3.    penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
4.    kontrol Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin,
5.    metadon atau campuran narkotik.    1.    Untuk mengetahui skala nyeri.

2.     Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.


3.    Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.



4.     Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

5.    Untuk penghilang rasa nyeri.

4    4    Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam kebetuhan nutrisi terpenuhi dengan KH :
-BB Normal
-Menunjukan peningkatan makan
    1.    Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau
tidak disukai.

2.    Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3.    Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat.
    1.    Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.
2.    Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
3.    Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster

BAB III
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
1.     Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.
2.    Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan prognosis.
3.    Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
4.    Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
5.    Asuhan keperawatan pada klien berpusat pada peningkatan ventilasi dan ekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang besih, meningkatkan rasa nyaman pada nyeri dan meningkatkan asupan nutrisi.
3.2. Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan   
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui pada pasien kanker paru dalam hal ini meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan pada pasien kanker paru.











DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar