Cari Blog Ini

Kamis, 05 Januari 2012

kanker paru

ASUHAN KEPERAWATAN pada PASIEN
dengan Gangguan KANKER  PARU




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL     i
KATA PENGANTAR     ii
DAFTAR ISI         iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang     1
1.2.     Rumusan Masalah     1
1.3.     Tujuan Penulisan     2
1.4.     Metode Penulisan     2
1.5.     Sistematika Penulisan     2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.    Definisi Kanker Paru     3
2.2.    Etiologi Kanker  Paru     3
2.3.    Patofisiologi Kanker Paru     5
2.4.    Klasifikasi Kanker Paru     5
2.5.    Manifestasi Klinis Kanker Paru     7
2.6.    Penatalaksanaan Kanker Paru     7
2.7.    Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru     9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan     18
3.2. Saran     18
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan.America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak.
Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker Paru. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitative.

1.2.     Rumusan Masalah
1.2.1.    Apa Definisi  Kanker Paru ?
1.2.2.    Apa Etiologi dari Kanker Paru ?
1.2.3.    Apa Patofisiologi Kanker Paru ?
1.2.4.    Apa Saja klasifikasi Kanker Paru ?

1.2.5.    Apa manifestasi klinis dari Kanker Paru ?
1.2.6.    Bagaimana penatalaksanaan Kanker Paru ?
1.2.7.    Bagaimana Asuhan Keperawatan  pada pasien Kanker Paru ?

1.3.     Tujuan Penulisan
1.3.1.    Untuk mengetahui definisi kanker paru
1.3.2.    Untuk mengetahui etiologi kanker paru
1.3.3.    Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru
1.3.4.    Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru
1.3.5.    Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker paru
1.3.6.    Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker paru
1.3.7.    Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien kanker paru

1.4.     Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi dan internet.

1.5.     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Pembahasan. BAB III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.     Definisi Kanker Paru
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
2.2.     Etiologi Kanker Paru
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1.    Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama.Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2.    Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3.    Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4.    Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5.    Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
6.   Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.


2.3.     Patofisiologi Kanker  Paru





















2.4.    Klasifikasi Kanker Paru
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a.    Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b.    Karsinoma sel kecil.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c.    Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
d.    Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam.Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
e.    Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f.    Lain – lain.
1)    Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2)    Tumor kelenjar bronchial.
3)    Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4)    Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5)    Sarkoma
6)    Tak terklasifikasi.
7)    Mesotelioma.
8)    Melanoma.

2.5.    Manifestasi Klinis Kanker Paru
1.    Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksibronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

2.6.    Penatalaksanaan Kanker Paru
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.    Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.    Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.    Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d.    Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.


1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a)    Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b)    Pneumonektomi pengangkatan paru).Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c)    Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d)    Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e)    Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f)    Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

2.     Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3.    Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
.

2.7.    Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru
1.    Pengkajian.
I.    Identitas pasien meliputi:
Nama
Alamat
Jenis kelamin
Pekerjaan
Umur
Agama
Status perkawinan
II.    Riwayat kesehatan sekarang :
Apa yang diderita pasien misalnya nyeri pada dada , dan sesak nafas.
III.    Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah dahulu pasien mempunyai penyakit paru obstruksi menahun
IV.    Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit paru
V.    ADL (activity dialy lifing )
1)    Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan (biasanya tahap lanjut).
2)    Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.Jari tabuh.
3)    Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4)    Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5)    Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6)    Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.
7)    Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8)    Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9)    Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
10)    Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.
2.    Pemeriksaan Diagnostik
a)    Radiologi.
1.    Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2.    Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b). Laboratorium.
1.    Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2.    Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3.    Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
c). Histopatologi.
1.    Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2.    Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3.    Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4.    Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5.    Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d). Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.



3. Analisa Data
No     Data    Etiologi    Masalah
1    DS : pasien mengatakan pusing lemah, lelah
DO : AGD Tidak normal (PO2 : < 80-95 mmHg
PCO2 : > 35-45 mmHg
HCOO-3 : <21-26 mmHg
PH : <7,35- 7,45 SO2 : <90-100  mmHg)    Polusi udara

Invasi paru

bronkopasme

Hipoventilasi
    Gangguan pertukaran gas
2    DS : pasien mengatakan sesak nafas
DO : RR meningkat .>20x/ menit
Terjadi sianosis     Merokok

invasi paru

inflamasi paru

produksi mucus berlebih
    Jalan nafas tidak efektif

3    DS: Pasien mengatakan sakit pada dadanya
DO : raut muka meringis
Kesakitan sekala nyeri 6    Merokok

invasi paru


Inflamasi paru

    Nyeri
4    DS : Pasien mengatakan  males makan
DO : BB pasien turun    Merokok

Invasi paru

Batuk

aspirasi

Anoreksia    Nutrisi kurang dari kebutuhan



4.    Diagnose keperawatan
1)    Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Hipoventilasi.
2)    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi mucus
3)    Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi paru
4)    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

5.    Rencana keperawatan 

NO    NO .DX    Tujuan dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pertukaran gas paten dan adekuat  dengan  KH:
-Tidak ada nafas tambahan
-Tidak ada dyspneu
-Tidak ada gejala distress pernafasan
-AGD normal (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)

    1.    Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
2.    Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.










3.    Kaji adanmya sianosis






4.    Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi.
5.    Awasi atau gambarkan seri AGD.
    1.    Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.

2.    Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
3.    Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
4.    Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
5.    Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2    2    Tujuan: setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkanJalan nafas normal dengan KH :
-Tidak ada Dsypneu
-Tidak ada sianosis
-RR normal (12-20 x /menit)
-Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
    1.    Catat perubahan upaya dan pola bernafas.



2.    Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.



3.    Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.



4.    Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.

5.    Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia..

    1.    Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
2.    Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
3.    Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau pulen.
4.    Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
5.    Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
3    3    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri teratasi  dan terkontrol dengan KH :
-Skala nyeri normal 0-3
-Dapat mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi dan distraksi nyeri     1.    Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi.
2.    Berikan tindakankenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan.
3.    penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.
4.    kontrol Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin,
5.    metadon atau campuran narkotik.    1.    Untuk mengetahui skala nyeri.

2.     Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.


3.    Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.



4.     Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

5.    Untuk penghilang rasa nyeri.

4    4    Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam kebetuhan nutrisi terpenuhi dengan KH :
-BB Normal
-Menunjukan peningkatan makan
    1.    Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau
tidak disukai.

2.    Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3.    Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat.
    1.    Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.
2.    Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
3.    Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster

BAB III
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
1.     Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.
2.    Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan prognosis.
3.    Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
4.    Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
5.    Asuhan keperawatan pada klien berpusat pada peningkatan ventilasi dan ekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang besih, meningkatkan rasa nyaman pada nyeri dan meningkatkan asupan nutrisi.
3.2. Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan   
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui pada pasien kanker paru dalam hal ini meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan pada pasien kanker paru.











DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Askep pneumonia

MAKALAH
ASKEP PNEUMONIADosen Pembimbing ,


DISUSUN OLEH:

(IIIA KEPERAWATAN)


STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011





   


PeDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL    ...................................................................................  i
KATA PENGANTAR.................................................................................  ii
DAFTAR ISI...............................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….    1
1.2 . Rumusan Masalah …………………………………………………...    1
1.3 . Tujuan Penulisan …………………………………………………….    1   
1.4.  Metode Penulisan ……………………………………………………    2
1.5.  Sistematika Penulisan ……………………………………………….    2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pneumonia ………………………………………….........    3
2.2. Klasifikasi Pneumonia..........................................................…….…....    4
2.3. Etiologi Pneumonia…………………………………………...............    4
2.4. Tanda dan Gejala Pneumonia................................................................   5
2.5. Manifestasi klinis Pneumonia……………………………....................    6
2.6. Patofisiologi Pneumonia …………………………..............................    7
2.7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………….  7
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia …............................................................    8
2.9. Pengkajian Pneumonia…………………………………………………  9
2.10.Analisa Data dan Diagnosa…………………………………………..   11
2.11.Rencana Keperawatan………………………………………………..   14
2.12. Implementasi dan Evaluasi…………………………………………..  19
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Asuhan keperawatan pada Ny. L pada kasus pneumoni …………….    22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………     37
4.2. Saran …................................................................................................    40
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia.
 Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko besar), polusi udara dan tingginya prevalensi kolonisasi bakteri pathogen nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol, perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya .
1.2.    Rumusan Masalah
1.2.1.    Apa pengertian dari pneumonia?
1.2.2.    Apa saja penyebab dari pneumonia?
1.2.3.    Apa saja tanda dan gejala pneumonia?
1.2.4.    Bagaimana cara pengobatan penyakit pneumonia?
1.2.5.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Penyakit Pneumonia?
1.3.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum:
Dapat membuat asuhan keperawatan terkait dengan penyakit Pneumonia.
2.    Tujuan Khusus:
a)    Mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b)    Mengetahui penyebab dari pneumonia.
c)    Mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
d)    Mengetahui cara pengobatan penyakit pneumonia.
1.4. Metode penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi melalui buku referensi dan internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab 1 Pendahuluan, terdiri  dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab 2 Pembahasan, dan Bab 3 Penutup.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
2.2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1.    Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a)    Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b)    Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2.    Berdasarkan faktor lingkungan :
a)    Pneumonia komunitas
b)    Pneumonia nosokomial
c)    Pneumonia rekurens
d)    Pneumonia aspirasi
e)    Pneumonia pada gangguan imun
f)    Pneumonia hipostatik
3.    Berdasarkan sindrom klinis :
a)    Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b)    Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia    pneumoniae    atau    Legionella.
2.3. Etiologi Pneumonia
1.    Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.    Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. Adapun contoh virusnya adalah virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, sitomegalovirus, Rubeola, Varisella, Micoplasma, Pneumococcus, Streptococcus dan Staphilococcus.
3.    Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.    Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
5.    Aspirasi
Biasanya disebabkan oleh makanan, cairan dan muntah.
6.    Inhalasi
Disebabkan oleh racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
2.4. Tanda dan Gejala
1.    Sesak nafas
2.    Batuk nonproduktif
3.    Ingus (nasal discharge)
4.    Suara nafas lemah
5.    Retraksi intercostae
6.    Penggunaan otot bantu nafas
7.    Demam
8.    Ronchi
9.    Cyanosis
10.    Leukositosis
2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:
1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1.    Nyeri pleuritik
2.    Nafas dangkal dan mendengkur
3.    Takipnea
2.    Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1.    Mengecil, kemudian menjadi hilang
2.    Krekels, ronki, egofoni
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.    Diaforesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif
9.    Gelisah
10.    Cyanosis
11.    Pernafasan cuping hidung

2.6.    Patofisiologi Pneumonia





       












2.7. Pemeriksaan Penunjang       
1.    Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.    Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4.    Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
5.    LED : meningkat
6.    Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
7.    Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
8.    Bilirubin : mungkin meningkat
9.    Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999).
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia
1.    Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2.    Pengobatan Umum
1.    Terapi Oksigen
2.    Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral

3.    Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
2.9. Pengkajian pada Pneumonia
2.9.1.    Pengertian Pengkajian
    Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
2.9.2.    Pengkajian Riwayat Kesehatan
    Pengkajian riwayat kesehatan merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan yang mana dalam proses ini bertujuan untuk pengumpulan data tentang tingkat kesejahteraan klien, riwayat kesehatan klien, riwayat kesehatan keluarga dan pola pemeliharaan kesehatan yang mana dikumpulkan selama wawancara. Pengkajian riwayat kesehatan meliputi:
a)    Data Biografi
a)    Nama
b)    Usia
c)    Jenis kelamin
d)    Agama
e)    Alamat
f)    Penanggung jawab
g)    Tanggal masuk RS
h)    Tanggal pengkajian
b)    Riwayat penyakit sekarang
1.    Keluhan utama
        Klien sering batuk
2.    Keluhan penyakit sekarang
        Klien sesak nafas
        Klien nyeri dada
        Klien tampak kelelahan dan letih
c)    Riwayat penyakit dahulu
    Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama     atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya     sebelumnya pasien pernah mengalami infeksi pada saluran nafas.
d)    Riwayat penyakit keluarga
    Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami     penyakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang diderita     saat ini.
e)    Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1.    Kebiasaan minum alkohol
2.    Kebiasaan merokok
3.    Menggunakan obat-obatan
4.    Aktifitas  atau olahraga
5.    Stress
f)    Riwayat psikologi dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi  pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya dan sistem nilai  kepercayaan pasien.
2.9.3. Pemeriksaan Fisik
    Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah riwayat keperawatan dilakukan sehingga data historis tersebut dapat diperkuat. Setelah itu data baru dikumpulkan selama pemeriksaan. Adapun pemeriksaan fisik pada pneumonia adalah:   
1.    Sistem Integumen
Kulit pucat, cyanosis, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan.
2.    Sistem Pulmonal
Pernafasan cuping hidung, batuk produktif atau non produktif, sputum banyak,  penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3.    Sistem Cardiovaskuler
    Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah menurun.
4.    Sistem Neurosensori
GCS menurun, refleks menurun atau normal, letargi.
5.    Sistem Musculoskeletal
Tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesori pernafasan.
6.    Sistem genitourinaria
Produksi urin menurun atau normal.
7.    Sistem digestif
Konsistensi feses normal atau diare.

2.10.    Analisa Data dan Diagnosa
2.10.1.    Analisa Data
NO    DATA    ETIOLOGI    MASALAH
1    DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO : RR > 20x/mnt
Terjadi sianosis
Terjadi dyspneu
    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi

Produksi mucus berlebih

    Bersihan jalan nafas tidak efektif
2    DS : Pasien mengatakan pusing, lelah,
DO : AGD Tidak normal (PO2 : < 80-95 mmHg
PCO2 : > 35-45 mmHg
HCOO-3 : <21-26 mmHg
PH : <7,35- 7,45 SO2 : <90-100  mmHg)    Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang
    Gangguan  pertukaran Gas
3    DS : Pasien mengatakan sakit pada dadanya
DO : raut muka meringis kesakitan
Skala nyeri 6    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi paru
    Nyeri
4    DS : Pasien mengatakan  tidak nafsu makan
DO : BB turun    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Batuk

Aspirasi

anoreksia
    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
5    DS : pasien mengatakan cepat capek ketika beraktivitas
DO :   5      5
           5      5    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang

Sesak nafas    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas

2.10.2.    Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus berlebih.
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3.    Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5.    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.


2.11.    Rencana Keperawatan
NO    NO. DX    TUJUAN dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1x24 jam jalan nafas kembali bersih dengan
KH :
-    Tidak ada cyanosis
-    Tidak ada dyspnea
-    RR normal (12-20x/menit)    1.    Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

2.    Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
3.    Biarkan teknik batuk efektif.



4.    Penghisapan sesuai indikasi.






5.    Berikan cairan sedikitnya.

6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
    1.    Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
2.    Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3.    Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.
4.    Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5.    Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
6.    Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.
2    2    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pertukaran gas paten dan adekuat dengan
KH :
AGD normal  (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
-    PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)    1.     Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.




2.    Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.





3.    Kaji status mental.





4.    Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.


5.    Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.


    1.    Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
2.    Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3.    Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.
4.    Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
5.    Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernafasan.
3    3    Tujuan : stelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nyeri hilang dan terkontrol dengan
KH :
-    Wajah tidak meringis kesakitan
-    Skala nyeri 1-3    1.    Tentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.




2.    Pantau tanda vital




3.    Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.


4.    Atur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

5.    Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
    1.    Nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2.    Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alasan
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3.    Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
4.    Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
5.    Obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
4    4    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam nutrisi terpenuhi dengan
KH :
-    Nafsu makan pasien bertambah
-    BB naik     1.    Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
2.    Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3.    Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
4.    Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
    1.    Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

2.    Menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini.
3.    Tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.

4.    Adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
5    5    Tujuan :setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat beraktifitas seperti biasa dengan
KH :
- Tidak cepat lelah ketika beraktifitas
-      5   5
       5   5
    1.    Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.


2.    Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.     Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4.    Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

    1.    Merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
2.    Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

3.    Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
4.    Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.


2.12. Implementasi dan Evaluasi
NO    NO.DX    IMPLEMENTASI    EVALUASI    TTD
1    1    1.    Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
2.    Mengauskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
3.    Membiarkan teknik batuk efektif.
4.    Penghisapan sesuai indikasi.
5.    Memberikan cairan sedikitnya.
6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.    S : Pasien mengatakan tidak sesak nafas.
O : RR Normal (12-20x/menit)
-    Tidak ada sianosis
-    Tidak ada dyspneu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
2    2    1.    Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.
2.    Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
3.    Mengkaji status mental.
4.    Meninggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
5.    Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
    S : pasien mengatakan tidak pusing dan lelah.
O : AGD Normal
AGD normal  (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
3    3    1.    Menentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.
2.    Memantau tanda vital
3.    Memberikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.
4.    Mengatur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
5.    Kolaborasi berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi    S : Pasien mengatakan dadanya tidak sakit.
O : Skala nyeri 1-3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
4    4    1.    Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
2.    Menjadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3.    Memberikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang) makanan yang menarik oleh pasien.
4.    Mengevaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.    S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat.
O : -     Porsi makan habis
-    BB naik.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
5    5    1.    Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
2.    Memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.    Membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4.    Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.    S : Pasien mengatakan dapat melakukan aktifitas seperti biasa.
O :      5    5
           5    5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
   


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1.    Asuhan keperawatan pada pada Ny.L pada kasus pneumoni
Ny. L usia 64 tahun, alamat Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi, , status menikah dan mempunyai anak 2 orang anak, saat ini sedang dirawat di RSCM. Saat ini keluhan yang dirasakan batuk dan lemas, 2 minggu yang lalu  sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun, batuk keluar dahak terutama malam hari. 2  hari kemudian oleh anaknya di bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur  terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM. Mempunyai riwayat Sekitar  5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil  ( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak itu klien berjalan dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC. Riwayat keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru  atau  jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium :      Hb  : 10.5, Hematokrit : 31, Leukosit : 8.300, Trombosit : 156.000, MCV : 83, MCH : 38, MCHC : 34, Diff Count : -/1/1/65/33/-/23, Urien PH : 7.442, Ureum  : 32, Kreatinin : 0,6, SGOT : 3, SGPT : 20, Na : 44, Kalium : 3.1, Cl : 0.5, AGD : PCO2 : 38, PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5, O2 Sat : 99.2. Radiologi : CTR  > 50 % ( kardiomegali ). ECG, Irama sinus,axis normal,  HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1,  interval ST 0.12,   ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada. Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan dan mendapatkan terapi Terapi Obat-obatan. O2:  2 liter/menit, Cefriaxon    : 1 x 1 gram, Captopril: 1 x6.25 mg, KSR: 2x1, Lasix: 1 x 2 amp, Ascardia: 1x 80 mg. Diet Jantung III ( 1700 kal ) Diagnosa medis : CHF + Pneumonia.


3.1.1.  PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi
Suku : Medan
Pekerjaan : Pensiunan Guru SMP
Mrs : 14-12-2005          Jam : 12.41
Pengkajian : 22 - 12 – 2005     jam : 09.00 
Regester : 296 97 63
Diagnosa masuk : CHF + Pneumonia
II. Riwayat penyakit sekarang
Alasan utama MRS  :
Keluarga mengatakan bahwa kesadaran klien menurun ( tidur terus )
Keluhan utama  :
2 minggu sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun,
batuk keluar dahak terutama malam hari. 2  hari kemudian oleh anaknya di
bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur
terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM.

III. Riwayat penyakit dahulu
Sekitar  5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak
teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil
( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak itu klien berjalan
dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC.

IV. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga  tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru  atau
jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.

V. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan merokok(-) , penggunaan obat bebas (-) ketergantungan
terhadap bahan kimia (-), jamu (-), Olah raga/gerak badan (-).
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup, saat MRS
pemenuhan nutrisi Diit jantung III dengan 1700 kal, minum 1000 cc/24
jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi
tidak  ada, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur
tubuh kurus, keadaan rambut bersih. BB 40  Kg, TB  155    cm.

3. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/3 hari
Warna dan bau    : dbn
Konsistensi  : dbn
Keluhan   : tidak ada    BAK
Frekuensi : kateter
Warna dan bau    : dbn
Keluhan   : tidak ada

4.    Pola tidur dan istirahat
Tidur
Frekuensi : 2x/sehari
Jam tidur  siang : 2-3 jam
Jam tidur malam : 5-6  jam/hari
Keluhan :  tidak ada           Istirahat
frekuensi : 4 – 6 x/hari
keluhan   : tidak ada

5.   Pola aktivitas
Klien  setelah pensiun menjadi guru hanya istirahat di rumah saja, tidak
ada kegiatan sehari – hari karena kurang sosialisasi ( sebelum pensiun
klien sibuk dengan pekerjaannya ) sehingga sejak pensiun klien kurang
terbiasa.

VI.  Pola sensori dan kognitif
Sensori   : Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran baik.
Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik.

VII.  Pola penanggulangan stress
Penyebab stress, mekanisme terhadap stress, adaptasi terhadap stress,
Pertahanan diri sementara biasanya klien meminta bantuan pada anak laki-
lakinya yang tinggal serumah.

3.1.2. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas,
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,7◦C, pernapasan 20X/menit,
nadi 110X/menit, regular.


2. Sistem integument
Tidak tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, rambut tipis dan
bersih , tidak botak, perubahan warna  kulit tidak ada, warna rambut
hitam campur putih.
  
3. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
4. Muka
Simetris, odema  (-), otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak  ada

5. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor sclera  tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.

6. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani  dalam batas normal,  pendengaran menurun.

7. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.

8. Mulut dan faring
Bau mulut (-), stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah merah mudah, kelainan lidah tidak ada.

9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis  5 + 0 cm H2O.
10. Thoraks
Paru
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan,  rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan simitris.

11. Jantung
Batas jantung  kiri  ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi  s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik .

12. Abdomen
Bising  usus +,  tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, pembesaran hepar tidak ada .

13. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu limfe tidak ada., tidak ada hemoroid.

14. Ekstrimitas
Akral hangat,  edema -/-, kekuatan 3/3, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik.

15. Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.


3.1.3. Pemeriksaan penunjang
NO    TGL    PEMERIKSAAN LAB    NILAI
1    14 – 12 – 2005    -    Hb
-    Hematokrit
-    Leukosit
-    Trombosit
-    MCV
-    MCH
-    MCHC
-    Diff Count
-    Urien PH
-    Ureum
-    Kreatinin
-    SGOT
-    SGPT : 20
-    Na : 44
-    Kalium
-    Cl : 0.5
-    AGD :
- PCO2
- PO2
- HCO3
- O2 Sat    -    10.5
-    31
-    8.300
-    156.000
-    83
-    38
-    34
-    1/1/65/33/-/23
-    7.442
-    32
-    0,6
-    3
-    20
-    44
-    3.1
-    0.5

-    38
-    136.7
-    25,5
-    99.2

NO    TGL    PEMERIKSAAN RADIOLOGI    NILAI
2    14-12-2005      -    CTR  > 50 % ( kardiomegali )    -    > 50 % (kardiomegali)

NO    TGL    PEMERIKSAAN EKG
3    19-12-2005    Hasil/kesan  : irama sinus,axis normal,  HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1,
interval ST 0.12,   ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada.
Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan.

4.1.    Terapi Obat-obatan.
• O2        :  2 liter/menit
• Cefriaxon    : 1 x 1 gram
• Captopril    : 1 x6.25 mg
• KSR        : 2x1
• Lasix        : 1 x 2 amp
• Ascardia        : 1x 80 mg 
4.2.    Diet
Diet Jantung III ( 1700 kal )

3.1.4. Analisa data dan Diagnosa
NO    Data    Etiologi    Masalah
1    DS :  klien
mengatakan
tidak mampu
mengeluarkan
dahak.

DO : suara ronchi
+/+ pada basal
paru, wheezing
(-),  sianosis (-),
orthopnea (-),
sputum
(-),tekanan
darah 120/80
mmHg, suhu
tubuh 36,5
◦C,
pernapasan 24
X/menit, nadi
110X/menit reguler
    Sel- sel  goblet rusak

Peningkatan produksi mucus
    Bersihan jalan tidak efektif
2    DS : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktvitas sehari- hari
DO :    3    3
            3    3
TD : 120/80
mmHg,
suhu tubuh
36,5
◦C,
pernapasan
24 X/menit,
nadi
110X/menit,
reguler.
    Invasi paru

Batuk

Aspirasi

Anoreksia

Penurunan nutrisi    Intoleransi aktifitas

3.1.5. Rencana Keperawatan
NO    NO.DX    TUJUAN dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam jalan nafas bersih, dengan
KH :
-    Klien mampu mengeluarkan sputum secara aktif.
-    Nilai AGD dalam batas normal.
-    Sianosis (-)
-    dispnea (-)
-    Tanda vital dalam batas normal.    -    Kaji efektifitas  terapi O2,

-    Auskultasi paru anterior dan posterior  terhadap penurunan ventilasi dan suara tambahan.

-    Jelaskan kegunaan  alat terapi O2.
-    Informasikan terhadap klien dan keluarga untuk tidak merokok dalam ruangan.
-    Intruksikan klien  untuk batuk efektif , teknik nafas dalam,  .
-    Ajarkan pada klien dan keluarga tentang perubahan karakteristik sputum : warna,
-    Kolaboratif :
• Pemberian O2
• Pemeriksaan AGD
• Pemberian antibiotik    -    Terapi O2 dapat mengendalikan kebutuhan oksigen
-    Suara tambahan merupakan tanda bahwa terjadi sumbatan pada jalan nafas
-    Klien mengetahui apa fungsi dari terapi O2
-    Pengendalian polusi udara.


-    untuk meningkatkan pengeluaran secret

-    apabila ada perubahan warna sputum keluarga mengerti
-    Mengendalikan kebutuhan O2
-    AGD normal menunjukan tidak ada kerusakan pertukaran gas
-    Pengendalian bakteri
2    2    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, dengan
KH :
-    klien mampu mendemontrasikan  aktivitas dan self care.
-    Tanda vital dalam batas normal.
-    Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
-    Klien mampu mengidentifikasikan aktivitas yang sesuai kemampuannya.     -    Kaji respon emosional,  social, dan spiritual
-    Evaluasi  motivasi klien terhadap peningkatan aktivitas.


-    Tentukan penyebab kelelahan.


-    Monitor respon kadiorespiratory terhadap aktivitas.
-    Monitor intake nutrisi.


-    Intruksikan teknik relaksasi   selama aktivitas.    -    Mengetahui tingkatan emosi
-    Dengan meningkatnya aktivitas menun jukan perkembangan penyembuhan
-    Dengan mengetahui penyebab kelelahan mempermudah dalam penyembuhan
-    Mengetahui pernafasan dan tekanan darah normal
-    Mengetahui kebutuhan nutrisi terpenuhi
-    Memberi rasa nyaman pada saat aktivitas





3.1.6. Implementasi dan Evaluasi
NO    TGL / JAM    NO. DX    IMPLEMENTASI    EVALUASI
1    22-12-2005




















23-12-2005











    1    -    Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
-    Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
-    Menginformasikan kepada keluarga untuk tidak  merokok dalam ruangan.
-    Melatih nafas.
-    Mengukur tanda vital :
(-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 367◦C, pernapasan 22 X/menit, nadi 110X/menit.
-    Memberikan O2 2lt/mnt.
-    Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).









-    Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
-    Menjelaskan tentang tujuan terapi oksigen
-    Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
-    Melatih nafas.
-    Melatih batuk efektif
-    Mengukur tanda vital : (-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 365◦C, pernapasan 20 X/menit, nadi 110X/menit.
-    Memberikan O2 2lt/mnt.
-    Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).    S : Sesak nafas, klien
mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak.
O :
-    suara ronchi +/+ pada basal paru,
-    wheezing (-),
-    sianosis (-),
-    orthopnea (-),
-    sputum (-),
-    tekanan darah 130/80 mmHg,
-    suhu tubuh 36,7◦C,
-    pernapasan 22 X/menit,
-    nadi 110X/menit,
A  :  Masalah belum  teratasi
P : Lanjutkan intervensi semua


S : Sesak nafas, klien berkurang mengatakan mampu mengeluarkan
dahak.
O :
-    suara ronchi -/- pada basal paru,
-    wheezing (-),
-    sianosis (-),
-    orthopnea (-),
-    sputum (-),
-    tekanan darah 130/80 mmHg,
-    suhu tubuh 36,7◦C,
-    pernapasan 22 X/menit,
-    nadi 110X/menit,
A  :  Masalah teratasi
P   :  Hentikan intervensi
2    22-12-2005











23-12-2005    2    -    mengkaji respon emosional klien.
-    Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
-    Mengukur tanda vital T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 22/mnt.
-    setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake ½ piring/makan.
-    Mengajarkan nafas panjang.
-    Menganjurkan makan sedikit demi sedikit
-    Menjelaskan tentang kegunaan nutrisi.



-    Mengkaji respon emosional klien
-    Mengukur TTV : T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt.
-    Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
-    Mengukur tanda vital setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake ½ piring/makan.
-    Mengajarkan nafas panjang.    S : pasien sesak nafas,tidak lelah, capek.
O :
-    kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 3.
-    Mengukur tanda vital T : 120/90, HR : 116/mnt, RR 22/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi


S : pasien tidak sesak nafas, tidak lelah, capek, dapat beraktivitas sendiri
O :
-    Mengukur TTV : T : 120/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt., pernapasan 22 X/menit, nadi 110 X/menit, ireguler. kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 4.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi





BAB IV
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1.    Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis
2.    Berdasarkan faktor lingkungan
3.    Berdasarkan sindrom klinis

Etiologi Pneumonia meliputi :
1.    Bakteri
2.    Virus
3.    Jamur
4.    Protozoa
5.    Aspirasi
6.    Inhalasi

Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:
1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
2.    Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.    Diaforesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif
9.    Gelisah
10.    Cyanosis
11.    Pernafasan cuping hidung

Patofisiologi    Pneumonia
1.    Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen.
2.    Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus
3.    Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik, misalnya : Cystic Fibrosis (CF).

Pemeriksaan Penunjang
1.    Sinar x
2.    Analisa Gas Darah
3.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
4.    Pemeriksaan serologi
5.    LED
6.    Pemeriksaan fungsi paru
7.    Elektrolit
8.    Bilirubin
9.    Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

Penatalaksanaan Pneumonia
1.    Kemoterapi
2.    Pengobatan Umum


Asuhan keperawatan pada pasien pneumonia meliputi :
1.    Pengkajian
a.    Identitas
b.    Riwayat penyakit sekarang
c.    Riwayat penyakit masa lalu
d.    Riwayat penyakit keluarga

2.    Pemeriksaan fisik
a.    Sistem Integumen
b.    Sistem Pulmonal
c.    Sistem Cardiovaskuler
d.    Sistem Neurosensori
e.    Sistem Musculoskeletal
f.    Sistem genitourinaria
g.    Sistem digestif

3.    Pemeriksaan Laboratorium
a.    Hb
b.    Trombosit
c.    Leukosit
d.    PCV
e.    Glukosa
f.    Elektrolit
g.    Kalium
h.    Natrium
i.    Analisa Gas Darah

4.    Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus berlebih.
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3.    Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5.    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.

5.    Perencanaan keperawatan
a.    Intervensi
b.    Implementasi
c.    Evaluasi

4.2.    Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan   
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui patofisiologi gangguan saluran pernafasan dalam hal ini meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien pnemoni

DAFTAR PUSTAKA

1.    Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
2.    Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
3.    Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
4.    Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI

MAKALAH
ASKEP PNEUMONIA

Dosen Pembimbing :
Ilkafah, M.Kep










DISUSUN OLEH:

(IIIA KEPERAWATAN)


STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
KATA PENGANTAR
   
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Respirasi II. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Askep Pneumonia”.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada:
1.    Bapak Budi Utomo,Amd,Kep,M,Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan.
2.    Ibu Ilkafah, M.Kep, sebagai dosen pembimbing.
3.    Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca khususnya.

   





Lamongan,  September 2011

   


Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL    ...................................................................................  i
KATA PENGANTAR.................................................................................  ii
DAFTAR ISI...............................................................................................    iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….    1
1.2 . Rumusan Masalah …………………………………………………...    1
1.3 . Tujuan Penulisan …………………………………………………….    1   
1.4.  Metode Penulisan ……………………………………………………    2
1.5.  Sistematika Penulisan ……………………………………………….    2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pneumonia ………………………………………….........    3
2.2. Klasifikasi Pneumonia..........................................................…….…....    4
2.3. Etiologi Pneumonia…………………………………………...............    4
2.4. Tanda dan Gejala Pneumonia................................................................   5
2.5. Manifestasi klinis Pneumonia……………………………....................    6
2.6. Patofisiologi Pneumonia …………………………..............................    7
2.7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………….  7
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia …............................................................    8
2.9. Pengkajian Pneumonia…………………………………………………  9
2.10.Analisa Data dan Diagnosa…………………………………………..   11
2.11.Rencana Keperawatan………………………………………………..   14
2.12. Implementasi dan Evaluasi…………………………………………..  19
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Asuhan keperawatan pada Ny. L pada kasus pneumoni …………….    22
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………     37
4.2. Saran …................................................................................................    40
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia.
 Ada berbagai faktor resiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia. Yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk resiko besar), polusi udara dan tingginya prevalensi kolonisasi bakteri pathogen nasofaring.
Selain itu orang yang mudah terkena pneumonia yaitu peminum alcohol, perokok, diabetes mellitus, penderita gagal jantung, PPOK, Gangguan system kekebalan.
Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk lebih lengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya .
1.2.    Rumusan Masalah
1.2.1.    Apa pengertian dari pneumonia?
1.2.2.    Apa saja penyebab dari pneumonia?
1.2.3.    Apa saja tanda dan gejala pneumonia?
1.2.4.    Bagaimana cara pengobatan penyakit pneumonia?
1.2.5.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Penyakit Pneumonia?
1.3.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum:
Dapat membuat asuhan keperawatan terkait dengan penyakit Pneumonia.
2.    Tujuan Khusus:
a)    Mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b)    Mengetahui penyebab dari pneumonia.
c)    Mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
d)    Mengetahui cara pengobatan penyakit pneumonia.
1.4. Metode penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi melalui buku referensi dan internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab 1 Pendahuluan, terdiri  dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab 2 Pembahasan, dan Bab 3 Penutup.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
2.2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1.    Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a)    Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b)    Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2.    Berdasarkan faktor lingkungan :
a)    Pneumonia komunitas
b)    Pneumonia nosokomial
c)    Pneumonia rekurens
d)    Pneumonia aspirasi
e)    Pneumonia pada gangguan imun
f)    Pneumonia hipostatik
3.    Berdasarkan sindrom klinis :
a)    Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b)    Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia    pneumoniae    atau    Legionella.
2.3. Etiologi Pneumonia
1.    Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.    Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. Adapun contoh virusnya adalah virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, sitomegalovirus, Rubeola, Varisella, Micoplasma, Pneumococcus, Streptococcus dan Staphilococcus.
3.    Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.    Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
5.    Aspirasi
Biasanya disebabkan oleh makanan, cairan dan muntah.
6.    Inhalasi
Disebabkan oleh racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
2.4. Tanda dan Gejala
1.    Sesak nafas
2.    Batuk nonproduktif
3.    Ingus (nasal discharge)
4.    Suara nafas lemah
5.    Retraksi intercostae
6.    Penggunaan otot bantu nafas
7.    Demam
8.    Ronchi
9.    Cyanosis
10.    Leukositosis
2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:
1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1.    Nyeri pleuritik
2.    Nafas dangkal dan mendengkur
3.    Takipnea
2.    Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1.    Mengecil, kemudian menjadi hilang
2.    Krekels, ronki, egofoni
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.    Diaforesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif
9.    Gelisah
10.    Cyanosis
11.    Pernafasan cuping hidung

2.6.    Patofisiologi Pneumonia





       












2.7. Pemeriksaan Penunjang       
1.    Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.    Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4.    Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
5.    LED : meningkat
6.    Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
7.    Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
8.    Bilirubin : mungkin meningkat
9.    Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV) (Doenges, 1999).
2.8. Penatalaksanaan Pneumonia
1.    Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2.    Pengobatan Umum
1.    Terapi Oksigen
2.    Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral

3.    Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
2.9. Pengkajian pada Pneumonia
2.9.1.    Pengertian Pengkajian
    Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
2.9.2.    Pengkajian Riwayat Kesehatan
    Pengkajian riwayat kesehatan merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan yang mana dalam proses ini bertujuan untuk pengumpulan data tentang tingkat kesejahteraan klien, riwayat kesehatan klien, riwayat kesehatan keluarga dan pola pemeliharaan kesehatan yang mana dikumpulkan selama wawancara. Pengkajian riwayat kesehatan meliputi:
a)    Data Biografi
a)    Nama
b)    Usia
c)    Jenis kelamin
d)    Agama
e)    Alamat
f)    Penanggung jawab
g)    Tanggal masuk RS
h)    Tanggal pengkajian
b)    Riwayat penyakit sekarang
1.    Keluhan utama
        Klien sering batuk
2.    Keluhan penyakit sekarang
        Klien sesak nafas
        Klien nyeri dada
        Klien tampak kelelahan dan letih
c)    Riwayat penyakit dahulu
    Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama     atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya     sebelumnya pasien pernah mengalami infeksi pada saluran nafas.
d)    Riwayat penyakit keluarga
    Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada atau tidak yang mengalami     penyakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang diderita     saat ini.
e)    Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1.    Kebiasaan minum alkohol
2.    Kebiasaan merokok
3.    Menggunakan obat-obatan
4.    Aktifitas  atau olahraga
5.    Stress
f)    Riwayat psikologi dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi  pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya dan sistem nilai  kepercayaan pasien.
2.9.3. Pemeriksaan Fisik
    Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah riwayat keperawatan dilakukan sehingga data historis tersebut dapat diperkuat. Setelah itu data baru dikumpulkan selama pemeriksaan. Adapun pemeriksaan fisik pada pneumonia adalah:   
1.    Sistem Integumen
Kulit pucat, cyanosis, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan.
2.    Sistem Pulmonal
Pernafasan cuping hidung, batuk produktif atau non produktif, sputum banyak,  penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3.    Sistem Cardiovaskuler
    Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah menurun.
4.    Sistem Neurosensori
GCS menurun, refleks menurun atau normal, letargi.
5.    Sistem Musculoskeletal
Tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan penggunaan otot aksesori pernafasan.
6.    Sistem genitourinaria
Produksi urin menurun atau normal.
7.    Sistem digestif
Konsistensi feses normal atau diare.

2.10.    Analisa Data dan Diagnosa
2.10.1.    Analisa Data
NO    DATA    ETIOLOGI    MASALAH
1    DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO : RR > 20x/mnt
Terjadi sianosis
Terjadi dyspneu
    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi

Produksi mucus berlebih

    Bersihan jalan nafas tidak efektif
2    DS : Pasien mengatakan pusing, lelah,
DO : AGD Tidak normal (PO2 : < 80-95 mmHg
PCO2 : > 35-45 mmHg
HCOO-3 : <21-26 mmHg
PH : <7,35- 7,45 SO2 : <90-100  mmHg)    Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang
    Gangguan  pertukaran Gas
3    DS : Pasien mengatakan sakit pada dadanya
DO : raut muka meringis kesakitan
Skala nyeri 6    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Inflamasi paru
    Nyeri
4    DS : Pasien mengatakan  tidak nafsu makan
DO : BB turun    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Batuk

Aspirasi

anoreksia
    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
5    DS : pasien mengatakan cepat capek ketika beraktivitas
DO :   5      5
           5      5    Virus ,bakteri,protozoa

Invasi paru

Bronkopasme

Hipoventilasi

Suplai O2 kurang

Sesak nafas    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas

2.10.2.    Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus berlebih.
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3.    Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5.    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.


2.11.    Rencana Keperawatan
NO    NO. DX    TUJUAN dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  1x24 jam jalan nafas kembali bersih dengan
KH :
-    Tidak ada cyanosis
-    Tidak ada dyspnea
-    RR normal (12-20x/menit)    1.    Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

2.    Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
3.    Biarkan teknik batuk efektif.



4.    Penghisapan sesuai indikasi.






5.    Berikan cairan sedikitnya.

6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
    1.    Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
2.    Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3.    Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.
4.    Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5.    Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
6.    Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.
2    2    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pertukaran gas paten dan adekuat dengan
KH :
AGD normal  (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
-    PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)    1.     Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.




2.    Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.





3.    Kaji status mental.





4.    Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.


5.    Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.


    1.    Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
2.    Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3.    Gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.
4.    Tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
5.    Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernafasan.
3    3    Tujuan : stelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nyeri hilang dan terkontrol dengan
KH :
-    Wajah tidak meringis kesakitan
-    Skala nyeri 1-3    1.    Tentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.




2.    Pantau tanda vital




3.    Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.


4.    Atur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

5.    Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
    1.    Nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2.    Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alasan
lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3.    Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
4.    Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
5.    Obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
4    4    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam nutrisi terpenuhi dengan
KH :
-    Nafsu makan pasien bertambah
-    BB naik     1.    Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
2.    Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3.    Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
4.    Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
    1.    Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

2.    Menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini.
3.    Tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.

4.    Adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
5    5    Tujuan :setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat beraktifitas seperti biasa dengan
KH :
- Tidak cepat lelah ketika beraktifitas
-      5   5
       5   5
    1.    Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.


2.    Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.     Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4.    Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

    1.    Merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
2.    Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

3.    Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
4.    Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.


2.12. Implementasi dan Evaluasi
NO    NO.DX    IMPLEMENTASI    EVALUASI    TTD
1    1    1.    Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
2.    Mengauskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
3.    Membiarkan teknik batuk efektif.
4.    Penghisapan sesuai indikasi.
5.    Memberikan cairan sedikitnya.
6.    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.    S : Pasien mengatakan tidak sesak nafas.
O : RR Normal (12-20x/menit)
-    Tidak ada sianosis
-    Tidak ada dyspneu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
2    2    1.    Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.
2.    Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.
3.    Mengkaji status mental.
4.    Meninggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
5.    Kolaborasi, berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
    S : pasien mengatakan tidak pusing dan lelah.
O : AGD Normal
AGD normal  (PO2 : 80-95 mmHg
PCO2 : 35-45 mmHg
HCOO-3 :21-26 mmHg
PH : 7,35- 7,45 SO2 : 90-100  mmHg)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
3    3    1.    Menentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.
2.    Memantau tanda vital
3.    Memberikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.
4.    Mengatur dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
5.    Kolaborasi berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi    S : Pasien mengatakan dadanya tidak sakit.
O : Skala nyeri 1-3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
4    4    1.    Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
2.    Menjadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
3.    Memberikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang) makanan yang menarik oleh pasien.
4.    Mengevaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.    S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat.
O : -     Porsi makan habis
-    BB naik.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan   
5    5    1.    Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
2.    Memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
3.    Membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
4.    Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.    S : Pasien mengatakan dapat melakukan aktifitas seperti biasa.
O :      5    5
           5    5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
   


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1.    Asuhan keperawatan pada pada Ny.L pada kasus pneumoni
Ny. L usia 64 tahun, alamat Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi, , status menikah dan mempunyai anak 2 orang anak, saat ini sedang dirawat di RSCM. Saat ini keluhan yang dirasakan batuk dan lemas, 2 minggu yang lalu  sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun, batuk keluar dahak terutama malam hari. 2  hari kemudian oleh anaknya di bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur  terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM. Mempunyai riwayat Sekitar  5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil  ( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak itu klien berjalan dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC. Riwayat keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru  atau  jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium :      Hb  : 10.5, Hematokrit : 31, Leukosit : 8.300, Trombosit : 156.000, MCV : 83, MCH : 38, MCHC : 34, Diff Count : -/1/1/65/33/-/23, Urien PH : 7.442, Ureum  : 32, Kreatinin : 0,6, SGOT : 3, SGPT : 20, Na : 44, Kalium : 3.1, Cl : 0.5, AGD : PCO2 : 38, PO2 : 136.7, HCO3 : 25,5, O2 Sat : 99.2. Radiologi : CTR  > 50 % ( kardiomegali ). ECG, Irama sinus,axis normal,  HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1,  interval ST 0.12,   ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada. Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan dan mendapatkan terapi Terapi Obat-obatan. O2:  2 liter/menit, Cefriaxon    : 1 x 1 gram, Captopril: 1 x6.25 mg, KSR: 2x1, Lasix: 1 x 2 amp, Ascardia: 1x 80 mg. Diet Jantung III ( 1700 kal ) Diagnosa medis : CHF + Pneumonia.


3.1.1.  PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kp. Cabang – Karang Asih Cikarang Bekasi
Suku : Medan
Pekerjaan : Pensiunan Guru SMP
Mrs : 14-12-2005          Jam : 12.41
Pengkajian : 22 - 12 – 2005     jam : 09.00 
Regester : 296 97 63
Diagnosa masuk : CHF + Pneumonia
II. Riwayat penyakit sekarang
Alasan utama MRS  :
Keluarga mengatakan bahwa kesadaran klien menurun ( tidur terus )
Keluhan utama  :
2 minggu sebelum MRS klien mengatakan lemas, nafsu makan menurun,
batuk keluar dahak terutama malam hari. 2  hari kemudian oleh anaknya di
bawah ke Jakarta karena di Medan sendirian. Setelah di Jakarta klien tidur
terus, maka oleh anaknya klien di bawah ke RSCM.

III. Riwayat penyakit dahulu
Sekitar  5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi dengan control tidak
teratur. 1 tahun yang lalu klien mengalamai kecelakaan dari mobil
( terlempar ) dan dirawat di RS tarutung ( Sum sel ). Sejak itu klien berjalan
dengan bantuan tongkat selama 2 tahun . Tidak ada riwayat DM, TBC.

IV. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga  tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, DM, paru  atau
jantung. Suami meninggal karena kecelakaan.

V. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan merokok(-) , penggunaan obat bebas (-) ketergantungan
terhadap bahan kimia (-), jamu (-), Olah raga/gerak badan (-).
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup, saat MRS
pemenuhan nutrisi Diit jantung III dengan 1700 kal, minum 1000 cc/24
jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi
tidak  ada, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur
tubuh kurus, keadaan rambut bersih. BB 40  Kg, TB  155    cm.

3. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/3 hari
Warna dan bau    : dbn
Konsistensi  : dbn
Keluhan   : tidak ada    BAK
Frekuensi : kateter
Warna dan bau    : dbn
Keluhan   : tidak ada

4.    Pola tidur dan istirahat
Tidur
Frekuensi : 2x/sehari
Jam tidur  siang : 2-3 jam
Jam tidur malam : 5-6  jam/hari
Keluhan :  tidak ada           Istirahat
frekuensi : 4 – 6 x/hari
keluhan   : tidak ada

5.   Pola aktivitas
Klien  setelah pensiun menjadi guru hanya istirahat di rumah saja, tidak
ada kegiatan sehari – hari karena kurang sosialisasi ( sebelum pensiun
klien sibuk dengan pekerjaannya ) sehingga sejak pensiun klien kurang
terbiasa.

VI.  Pola sensori dan kognitif
Sensori   : Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran baik.
Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik.

VII.  Pola penanggulangan stress
Penyebab stress, mekanisme terhadap stress, adaptasi terhadap stress,
Pertahanan diri sementara biasanya klien meminta bantuan pada anak laki-
lakinya yang tinggal serumah.

3.1.2. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara bicara jelas,
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,7◦C, pernapasan 20X/menit,
nadi 110X/menit, regular.


2. Sistem integument
Tidak tampak pucat, permukaan kulit baik, tekstur baik, rambut tipis dan
bersih , tidak botak, perubahan warna  kulit tidak ada, warna rambut
hitam campur putih.
  
3. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
4. Muka
Simetris, odema  (-), otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak  ada

5. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (-), pupil isokor sclera  tidak ikterus (-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.

6. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani  dalam batas normal,  pendengaran menurun.

7. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.

8. Mulut dan faring
Bau mulut (-), stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah merah mudah, kelainan lidah tidak ada.

9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis  5 + 0 cm H2O.
10. Thoraks
Paru
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan,  rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan simitris.

11. Jantung
Batas jantung  kiri  ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi  s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik .

12. Abdomen
Bising  usus +,  tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, pembesaran hepar tidak ada .

13. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu limfe tidak ada., tidak ada hemoroid.

14. Ekstrimitas
Akral hangat,  edema -/-, kekuatan 3/3, gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik.

15. Tulang belakang
Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis.


3.1.3. Pemeriksaan penunjang
NO    TGL    PEMERIKSAAN LAB    NILAI
1    14 – 12 – 2005    -    Hb
-    Hematokrit
-    Leukosit
-    Trombosit
-    MCV
-    MCH
-    MCHC
-    Diff Count
-    Urien PH
-    Ureum
-    Kreatinin
-    SGOT
-    SGPT : 20
-    Na : 44
-    Kalium
-    Cl : 0.5
-    AGD :
- PCO2
- PO2
- HCO3
- O2 Sat    -    10.5
-    31
-    8.300
-    156.000
-    83
-    38
-    34
-    1/1/65/33/-/23
-    7.442
-    32
-    0,6
-    3
-    20
-    44
-    3.1
-    0.5

-    38
-    136.7
-    25,5
-    99.2

NO    TGL    PEMERIKSAAN RADIOLOGI    NILAI
2    14-12-2005      -    CTR  > 50 % ( kardiomegali )    -    > 50 % (kardiomegali)

NO    TGL    PEMERIKSAAN EKG
3    19-12-2005    Hasil/kesan  : irama sinus,axis normal,  HR : 110, S (v1) + R (v6) > 35 mm, R/S (v1) < 1,
interval ST 0.12,   ST elevasi tidak ada, ST Depresi tidak ada, RBBB/LBBB tidak ada.
Kesimpulan hiperteropi ventrikel kanan.

4.1.    Terapi Obat-obatan.
• O2        :  2 liter/menit
• Cefriaxon    : 1 x 1 gram
• Captopril    : 1 x6.25 mg
• KSR        : 2x1
• Lasix        : 1 x 2 amp
• Ascardia        : 1x 80 mg 
4.2.    Diet
Diet Jantung III ( 1700 kal )

3.1.4. Analisa data dan Diagnosa
NO    Data    Etiologi    Masalah
1    DS :  klien
mengatakan
tidak mampu
mengeluarkan
dahak.

DO : suara ronchi
+/+ pada basal
paru, wheezing
(-),  sianosis (-),
orthopnea (-),
sputum
(-),tekanan
darah 120/80
mmHg, suhu
tubuh 36,5
◦C,
pernapasan 24
X/menit, nadi
110X/menit reguler
    Sel- sel  goblet rusak

Peningkatan produksi mucus
    Bersihan jalan tidak efektif
2    DS : Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktvitas sehari- hari
DO :    3    3
            3    3
TD : 120/80
mmHg,
suhu tubuh
36,5
◦C,
pernapasan
24 X/menit,
nadi
110X/menit,
reguler.
    Invasi paru

Batuk

Aspirasi

Anoreksia

Penurunan nutrisi    Intoleransi aktifitas

3.1.5. Rencana Keperawatan
NO    NO.DX    TUJUAN dan KH    INTERVENSI    RASIONAL
1    1    Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam jalan nafas bersih, dengan
KH :
-    Klien mampu mengeluarkan sputum secara aktif.
-    Nilai AGD dalam batas normal.
-    Sianosis (-)
-    dispnea (-)
-    Tanda vital dalam batas normal.    -    Kaji efektifitas  terapi O2,

-    Auskultasi paru anterior dan posterior  terhadap penurunan ventilasi dan suara tambahan.

-    Jelaskan kegunaan  alat terapi O2.
-    Informasikan terhadap klien dan keluarga untuk tidak merokok dalam ruangan.
-    Intruksikan klien  untuk batuk efektif , teknik nafas dalam,  .
-    Ajarkan pada klien dan keluarga tentang perubahan karakteristik sputum : warna,
-    Kolaboratif :
• Pemberian O2
• Pemeriksaan AGD
• Pemberian antibiotik    -    Terapi O2 dapat mengendalikan kebutuhan oksigen
-    Suara tambahan merupakan tanda bahwa terjadi sumbatan pada jalan nafas
-    Klien mengetahui apa fungsi dari terapi O2
-    Pengendalian polusi udara.


-    untuk meningkatkan pengeluaran secret

-    apabila ada perubahan warna sputum keluarga mengerti
-    Mengendalikan kebutuhan O2
-    AGD normal menunjukan tidak ada kerusakan pertukaran gas
-    Pengendalian bakteri
2    2    Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, dengan
KH :
-    klien mampu mendemontrasikan  aktivitas dan self care.
-    Tanda vital dalam batas normal.
-    Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
-    Klien mampu mengidentifikasikan aktivitas yang sesuai kemampuannya.     -    Kaji respon emosional,  social, dan spiritual
-    Evaluasi  motivasi klien terhadap peningkatan aktivitas.


-    Tentukan penyebab kelelahan.


-    Monitor respon kadiorespiratory terhadap aktivitas.
-    Monitor intake nutrisi.


-    Intruksikan teknik relaksasi   selama aktivitas.    -    Mengetahui tingkatan emosi
-    Dengan meningkatnya aktivitas menun jukan perkembangan penyembuhan
-    Dengan mengetahui penyebab kelelahan mempermudah dalam penyembuhan
-    Mengetahui pernafasan dan tekanan darah normal
-    Mengetahui kebutuhan nutrisi terpenuhi
-    Memberi rasa nyaman pada saat aktivitas





3.1.6. Implementasi dan Evaluasi
NO    TGL / JAM    NO. DX    IMPLEMENTASI    EVALUASI
1    22-12-2005




















23-12-2005











    1    -    Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
-    Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
-    Menginformasikan kepada keluarga untuk tidak  merokok dalam ruangan.
-    Melatih nafas.
-    Mengukur tanda vital :
(-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 367◦C, pernapasan 22 X/menit, nadi 110X/menit.
-    Memberikan O2 2lt/mnt.
-    Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).









-    Menjelaskan tentang suara paru pada pasien.
-    Menjelaskan tentang tujuan terapi oksigen
-    Mengauskultasi suara paru :
ronchi +/+ pada basal paru
-    Melatih nafas.
-    Melatih batuk efektif
-    Mengukur tanda vital : (-),tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 365◦C, pernapasan 20 X/menit, nadi 110X/menit.
-    Memberikan O2 2lt/mnt.
-    Menyuntikan cefriaxon 1 gr (iv).    S : Sesak nafas, klien
mengatakan tidak mampu mengeluarkan dahak.
O :
-    suara ronchi +/+ pada basal paru,
-    wheezing (-),
-    sianosis (-),
-    orthopnea (-),
-    sputum (-),
-    tekanan darah 130/80 mmHg,
-    suhu tubuh 36,7◦C,
-    pernapasan 22 X/menit,
-    nadi 110X/menit,
A  :  Masalah belum  teratasi
P : Lanjutkan intervensi semua


S : Sesak nafas, klien berkurang mengatakan mampu mengeluarkan
dahak.
O :
-    suara ronchi -/- pada basal paru,
-    wheezing (-),
-    sianosis (-),
-    orthopnea (-),
-    sputum (-),
-    tekanan darah 130/80 mmHg,
-    suhu tubuh 36,7◦C,
-    pernapasan 22 X/menit,
-    nadi 110X/menit,
A  :  Masalah teratasi
P   :  Hentikan intervensi
2    22-12-2005











23-12-2005    2    -    mengkaji respon emosional klien.
-    Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
-    Mengukur tanda vital T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 22/mnt.
-    setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake ½ piring/makan.
-    Mengajarkan nafas panjang.
-    Menganjurkan makan sedikit demi sedikit
-    Menjelaskan tentang kegunaan nutrisi.



-    Mengkaji respon emosional klien
-    Mengukur TTV : T : 130/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt.
-    Motivasi klien terhadap aktivitas baik.
-    Mengukur tanda vital setelah aktivitas jalan keluar ruangan : Intake ½ piring/makan.
-    Mengajarkan nafas panjang.    S : pasien sesak nafas,tidak lelah, capek.
O :
-    kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 3.
-    Mengukur tanda vital T : 120/90, HR : 116/mnt, RR 22/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi


S : pasien tidak sesak nafas, tidak lelah, capek, dapat beraktivitas sendiri
O :
-    Mengukur TTV : T : 120/90, HR : 110/mnt, RR 20/mnt., pernapasan 22 X/menit, nadi 110 X/menit, ireguler. kekuatan otot masing- masing ekstrimitas 4.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi





BAB IV
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1.    Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis
2.    Berdasarkan faktor lingkungan
3.    Berdasarkan sindrom klinis

Etiologi Pneumonia meliputi :
1.    Bakteri
2.    Virus
3.    Jamur
4.    Protozoa
5.    Aspirasi
6.    Inhalasi

Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:
1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
2.    Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.    Diaforesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif
9.    Gelisah
10.    Cyanosis
11.    Pernafasan cuping hidung

Patofisiologi    Pneumonia
1.    Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen.
2.    Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus
3.    Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik, misalnya : Cystic Fibrosis (CF).

Pemeriksaan Penunjang
1.    Sinar x
2.    Analisa Gas Darah
3.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
4.    Pemeriksaan serologi
5.    LED
6.    Pemeriksaan fungsi paru
7.    Elektrolit
8.    Bilirubin
9.    Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

Penatalaksanaan Pneumonia
1.    Kemoterapi
2.    Pengobatan Umum


Asuhan keperawatan pada pasien pneumonia meliputi :
1.    Pengkajian
a.    Identitas
b.    Riwayat penyakit sekarang
c.    Riwayat penyakit masa lalu
d.    Riwayat penyakit keluarga

2.    Pemeriksaan fisik
a.    Sistem Integumen
b.    Sistem Pulmonal
c.    Sistem Cardiovaskuler
d.    Sistem Neurosensori
e.    Sistem Musculoskeletal
f.    Sistem genitourinaria
g.    Sistem digestif

3.    Pemeriksaan Laboratorium
a.    Hb
b.    Trombosit
c.    Leukosit
d.    PCV
e.    Glukosa
f.    Elektrolit
g.    Kalium
h.    Natrium
i.    Analisa Gas Darah

4.    Diagnosa
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan produksi mucus berlebih.
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 kurang.
3.    Nyeri berhubungan dengan Imflamasi paru.
4.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anaroksia.
5.    Resiko gangguan  intoleransi aktifitas berhubungna dengan sesak nafas.

5.    Perencanaan keperawatan
a.    Intervensi
b.    Implementasi
c.    Evaluasi

4.2.    Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan   
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui patofisiologi gangguan saluran pernafasan dalam hal ini meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien pnemoni

DAFTAR PUSTAKA

1.    Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
2.    Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
3.    Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
4.    Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI